Pedoman Aktivis Revolusioner



CIRI-CIRI SEORANG REVOLUSIONER
1. Mengapa kita perlu merubah diri kita menjadi seorang revolusioner ?

Sebagai seorang revolusioner, kita perlu mengabdikan pikiran-pikiran, emosi dan perbuatan-perbuatan kita kepada kepentingan perjuangan demokrasi sejati di Indonesia. Tapi masing-masing kita dan setiap orang diantara kita masih membawa pikiran-pikiran, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan lama dari masyarakat bobrok yang ada sekarang ini. Kita tumbuh dalam  masyarakat yang tindas dan dihisap oleh kapitalisme. Sampai hari ini, kita masih dipengaruhi oleh gagasan-gagasan bobrok atau parsangka-parangka borjuasi dari masyarakat kini. Karena itulah, mengapa perlu bagi setiap mereka yang revolusioner merubah dirinya sendiri.

Kita harus mengubah diri kita sendiri melalui perjuangan revoluioner secara aktif, dan dengan kesadaran didalam perjuangan, kita melawan ide-ide, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan keliru. Apabila kita terus melaksanakan tugas-tugas kita, maka sesungguhnya kita sedang membentuk watak kita sendiri di tengah-tengah badai perjuang kita melawan musuh-musuh rakyat. Semakin dalam dan jauh, maka kita akan menjadi teguh dan cakap dalam perjuangan. Mengubah diri sendiri tidaklah hanya berhenti hanya dalam beberapa jam atau hari saja. Ia adalah perjuangan yang lama dan sulit.  Karena itulah mengapa kita perlu terus-menerus berusaha keras menghilangkan pengaruh masyarakat bobrok yang masih melekat. Hanya dengan cara demikianlah kita dapat melaksanakan tugas-tugas revolusioner kita lebih baik, dan ketetapan hati kita makin teguh dalam menggelorakan perjuangan  demokrasi sejati sampai kemenangan sosialisme. Kita mengubah diri kita untuk memperkuat watak-watak dasar seorang revolusioner, yakni:
  • Bersungguh-sungguh, hati-hati dan bergairah dalam perjuangan.
  • Siap dan tanpa rasa takut menghadapi pengorbanan dan kematian
  • Bersatu dan hangat bersahabat dengan kawan-kawan revolusioner lain.
  • Berani menerima kritik dan bersedia memperbaiki kesalahan dan kelemahan.                                                                                                                                                                                                                                                               

2. Bagaimana seorang revolusioner memandang tugas dan tanggung-jawabnya dalam revolusi?

Seorang revolusioner memandang dan menghargai tugas-tugas dan tanggung jawabnya secara penuh dalam perjuangan. Ia tahu bahwa tugas-tugas dan tanggung jawab-tanggung jawab revolusionernya merupakan bagian dari tugas besar membebaskan rakyat dari belenggu pengisapan dan penindasan. Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dan tanggung jawab-tanggung jawab dengan penuh menyadari betapa pentingnya, berarti menjunjung kepentingan rakyat Indonesia.

Apa tanda-tanda bahwa seorang revolusioner melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya dengan penuh tahu arti pentingnya? Ia bersungguh-sungguh dan bersemangat ketika sedang melaksanakan tugasnya. Ia merasa gembira, antusias dan bergairah dalam perjuangan. Ia selalu siap dan bersedia menjalankan tugas yang perlu untuk memajukan perjuangan revolusi demokratik.

Seorang revolusioner selalu bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Baginya, prioritas pertama adalah menuntaskan pekerjaan dan tanggung jawabnya.  Ia menawarkan cara kerja yang bergairah dan teratur, tidak ceroboh, dan tergesa-gesa, asal-asalan dalam berjuang. Ia selalu belajar, menemukan cara mengatasi masalah, dan mengerjakan tugas-tugasnya sebaik  yang bisa dilakukan.

Seorang revolusioner adalah pelopor yang dalam semangatnya dan hasrat yang meluap dalam perjuangan. Pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan seorang revolusioner maju kedepan, karena setiap tindakan dan langkah merupakan sumbangan bagi masa depan yang lebih cerah. Ia tidak merasa lemah dan gampang meyerah pada saat menghadapi masalah dan penderitaan dalam perjuangan. Semangat militannya selalu tinggi dan ia selalu siap untuk melawan. Ia selalu merebut dan menguasai kondisi-kondisi dan kesempatan-kesempatan  dalam perjuangan revolusioner. Itulah sebabnya, mempunyai inisiatif merupakan tanda seorang yang revolusioner. Ia memiliki insiatif tidak saja dalam menuntaskan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, tetapi bahkan di dalam tugas-tugas yang lain ia berpikir perlunya perhatian segera.

Seorang revolusioner senantiasa siap memenuhi tugas-tugas dan tanggung jawab-tanggung jawab. Ia menerima setiap tugas yang diberikan padanya, dan tidak menghitung ongkos dan beban, atau kesulitan-kesulitan dan pengorbanan-pengorbanan yang harus dia lalui dalam mengerjakan tugas. Ia tidak memilih pekerjaanya karena pamrih kesenangan dan pujian bagi dirinya

3.  Apakah sikap yang tepat terhadap penderitaan, pengorbanan dan kematian?     
  
Seorang revolusioner mengakui fakta bahwa penderitaan, pengorbanan, dan kematian tidak dapat dicegah dalam membebaskan rakyat. Hal ini adalah alamiah dalam pertarungan keras antara rakyat dan kelas penguasa. Hal ini adalah alamiah dalam suatu revolusi menggulingkan imperialisme Amerika, sisa-sisa feodalisme dan kapitalis birokrat. Dan tidak saja alamiah, sebab hal-hal seperti ini diperlukan untuk merebut dan melindungi kepentingan rakyat dan revolusi. Ia adalah tabungan yang perlu untuk menghapuskan penindasan dan penghisapan, dan mendirikan sebuah masyarakat yang berlandaskan demokrasi yang sejati.

Seorang revolusioner siap menderita dan berkorban, dan bahkan mati demi perjuangan. Penderitaan seorang revolusioner adalah pantas karena ini demi kemenangan revolusi. Ia mengetahui bahwa segera kita menyaksikan fajar kemenangan yang telah lama kita tunggu.  Ditengah-tengah bahaya dan penindasan, kesiapan untuk berkorban dan mati akan memberikan keteguhan dan keberanian kepada seorang revolusioner untuk memelihara dan berjuang untuk kepentingan rakyat dan revolusi.

Keberanian seorang revolusioner adalah sadar. Ia mencegah pengorbanan dan kematian yang tidak perlu. Ia tidak membahayakan dirinya sendiri hanya karena ia siap untuk mati. Ia melindungi hidupnya dan menjaga massa, kawan-kawan revolusionernya dan organisasi.

* * *

PENDIDIKAN REVOLUSIONER

1. Pendidikan adalah tugas penting bagi kaum revolusioner. 

Sangat penting karena apa yang diperlukan dalam revolusi adalah perjuangan yang massa yang sesadar sesadarnya. Aksi‑aksi yang didasarkan pada kesempatan dan katidakpastian adalah berbahaya bagi massa dan revolusi.  Aksi yang revolusioner bukanlah perjuangan yang tergesa-gesa (impulsif) yang didasarkan pada emosi. Sebaliknya tiap langkah didasarkan pada studi ilmiah mengenai syarat‑syarat dan kebutuhan-kebutuhan revolusi. Dari pendidikan yang memberi semangat kita dapat dapat menetapkan apa yang seharusnya dikerjakan, merumuskan rencana‑rencana kita dan cara‑cara mencapainya.

Pendidikan memberikan pandangan yang penting dalam perjuangan. Ia tidak saja memberi jalan perjuangan revolusioner yang benar, tetapi juga memberikan panduan awal dan khusus dalam perjuangan sehari‑hari kita. Dengan pendidikan secara tajam kita mangamati ide‑ide dusta yang disebar oleh kelas penguasa dan elemen‑elemen yang hendak merongrong kepemimpinan dan menyasarkan gerakan dari jalan yang benar.

Pendidikan yang revolusioner bagi seorang revolusioner dapat diwujudkan melalui:  turut serta dalam diskusi‑diskusi kolektif membaca buku‑buku dan publikasi lain dan melalui penelitian dan analisa.

2. Mengapa pendidikan Revoluioner dalam  revolusi demokratik sangat penting ?

Pendidikan  Revolusioner mengenai revolusi  sangat penting karena ia mengajarkan analisa yang benar mengenai kondisi masyarakat Indonesia akar‑akar dari masalah rakyat dan jalan pemecahannya. Dengan jalan mempelejari  Marxime kita menyalakan api emosi revolusioner melawan penindasan dan penghisapan; memperkuat kesatuan pikiran dan tindakan demi mereka yang ditindas dan diperas.

Kita memperoleh pengantar sistematis mengenani tahapan dalam revolusi dari kursus‑kursus massa kita. Di dalam kursus massa khusus kita telah mempelajari kemajuan beberapa gerakan massa yang merupakan bagian dari revolusi demokratik. Kursus massa umum di pihak lain, memperjelas mengklarifikasi analisa masyarakat dan revolusi Indonesia.

Pandidikan yang terus manerus mangenai revolusi demokratik merupakan keharusan bagi seorang revolusioner. Perjuangan adalah panjang dan tingkat perjuangan makin-meningkat maka ini akan memperdalam, maliatkan dan meningkatkan pemahaman kita mengenai prinsip‑prinsip revolusi damokratik. Kursus‑kursus massa juga merupakan jendela bagi pendidikan yang kontiyu dengan buku‑buku referensi koran‑koran dan bahan‑bahan bacaan lain.

Membaca  "Problem-Problem  Masyarakat Indonesia ” dan artikel-artikel tentang Perkembangan Perjuangan demokratik di Indonesia Pasca kejatuhan Soeharto. Didalam buku/Artikel ini, kita dapat menemukan penjelasan‑penjelasan dasar mengenai soal‑soal yang penting dalam masyarakat dan kelanjutan revolusi Indonesia. Memahami analisa dalam buku/arikel ini  akan selalu menjadi prinsip-prinsip dalam pikiran kita. Hal ini akan membimbing kita dalam menganalisa dan memecahkan masalah‑masalah yang bakal kita hadapi  dalam gelombang perjuangan.

Selalu membaca dan mempelajari isu‑isu dalam "Rakyat" dan publikasi revolusionar lain . Di dalamnya, kita bisa melihat analisa dan pandirian gerakan terhadap berbagai macam isu ekonomi dan politik masa kini, tanggungjawab‑tanggungjawab penting, dan langsung dalam memajukan perjuangan ravolusioner di berbagai sektor, tempat, dan bidang‑bidang kerja.

3. Mengapa analisa  merupakan hal yang penting ?

Analisa adalah bagian penting dalam pendidikan kita. Melalui analisa kita menetapkan ciri‑ciri sesuatu hal atau suatu peristiwa. Kita dapat menetapkan akar "penentu” sebab‑sebab dan cara bagaimana suatu hal atau suatu peristiwa berkembang. dengan kata lain, kita menjawab pertanyaan‑pertanyaan seperti: mangapa, bagaimana, dan apakah ciri‑ciri dan hubungannya. Dengan mengetahui mengapa dan bagaimana suatu benda berada dan sebuah peristiwa terjadi, maka kita memiliki pemahaman yang lengkap dan mendalam tentang suatu benda atau peristiwa.

Analisa sungguh penting dalam perjuangan revolusioner kita. Sebab program dan rencana kita didasarkan pada analisa terhadap kondisi yang berubah‑ubah dan perkembangan perjuangan. Analisa mengklarifikasi, menjernihkan cara yang tepat dan efektif dalam manghadapi dan mengatasi tiap permasalahan. Dengan analisa kita mengklarifikasi, mengurai satu persatu dan rinci bagaimana melaksanakan tugas dengan baik, dan menuntaskan pekerjaan dengan bagus.

Jadilah –analistis! Janganlah kita hanya tertarik menjawab pertanyaan apa? Tetapi, lebih dari itu, mengapa, dan bagaimana. Untuk mengetahui esensi atau inti sari dari hal atau peristiwa kita harus menghindari pandangan yang subyektif, kabur dan sepihak.
Dalam menganalisa kita tidak boleh diperdayakan atau ditipu oleh penampilan luar. Jika kita bisa menganalisa secara tepat dan benar, maka kita akan selalu dalam posisi aktif dalam berjuang dan memajukan tugas‑tugas kita.

4. Apakah Assessment itu ?

Assesment atau penilaian merupakan bentuk analisa. Ini adalah bagian dari pendidikan revolusioner. Ada dua jenis assessment yang biasa dilakukan, yakni  assessment kerja dan assessment situasi.  Assessment kerja merupakan analisa yang mengukur kondisi‑kondisi, syarat‑syarat, atau perkembangan implementasi program dan rencana. Assessment situasi di pihak lain merupakan analisa ciri‑ciri situasi dan tingkat kontradiksi di antara kelas‑kelas di dalam masyarakat.

Contoh assessment kerja adalah assessment bulanan yang biasanya kita adakan dengan presentasi laporan‑laporan yang sudah diparsiapkan. Kita juga menilai tiap aksi massa yang telah di lakukan. Assessment akan menunjukkan apa yang kurang sehingga dapat kita tambahkan kelemahan‑kelemahan yang harus kita atasi, kesalahan‑kesalahan yang harus kita perbaiki dan tugas-tugas harus kita lakukan di hari besok .

Contoh assessment situasi adalah assessment yang menganalisa perimbangan kekuatan‑kekuatan ‑‑. sejauh mana kekuatan revolusioner, disatu pihak, dan kemampuan kekuatan reasioner di pihak lain. Assessment situasi mengklasifikasi kapasitas kita dalam meningkatkan perjuangan dan kapasitas musuh untuk menggulung kita. Dengan assessment, kita memperjelas kebutuhan kebutuhan dan tanggung jawab‑tanggung jawab yang perlu untuk meningkatkan dan melipatgandakan kekuatan dan kesanggupan revolusiner untuk bertarung dalam satu hari.

Adalah perlu untuk membuat assessment yang tetap. Hal ini akan menunjukkan bahwa kita awas dengan situasi dan paristiwa-peristiwa dalam perjuangan; dan memungkinkan kita tepat waktu dalam merancang tugas‑tugas. Asessment memberi kita petunjuk yang tepat, segera dan rinci dalam pembuatan planning pelaksanaan tugas kita secara benar dan tepat.

5.  Apakah Summing‑up itu ?

Summing‑up adalah analisa terhadap pengalaman‑pengalaman negatif dan positif, baik dan buruk untuk menarik pelajaran dan pedoman dalam perjuangan. Kesimpulan‑kesimpulan yang kita hasilkan dari assessment kita adalah pelajaran umum yang membimbing perjuangan yang sudah berbulan‑bulan atau bahkan bertahun‑tahun.

Ada bermacam‑macam summing‑up, tergantung atas kebutuhan, scope dan karakter pengalaman yang kita summing‑up. Biasanya kita meringkas pengalaman‑pengalaman dalam memobilisir massa, memimpin massa dan menggerakkan organisasi.

Di sini kita menarik pelajaran tentang cara yang benar dan terlatih dalam menggerakan aksi massa, misalnya. Ada juga summing‑up pengalaman tentang mass work (kerja solid organizing di tengah‑tengah massa) di suatu desa atau kampus, dan kita mengambil pelajaran mengenai cara‑cara yang tepat dan cepat dalam melaksanakan mass work.

Setelah mengklarifikasi manjernihkan data dan hasil‑hasil perjuangan dan didasarkan pada jangka waktu dan pengalaman-pengalaman, maka kita meringkas dan menyimpulkan sebagai berikut:

  • Bahwa kamajuan perjuangan, sebab‑sebab dan syarat‑syaratnya adalah ini. Dan pelajaran kita tarik dari ini
  • Bahwa kekatan Pokok, skill, kelemahan dan kesalahan pokok dalam perjuangan, diakibathan oleh syarat‑syarat dan ide‑ide ini. dan kita manarik pelajaran ini.
  • Bahwa ternyata diprasyaratkan menggunakan metode yang mahir untuk melaksanakan tugas‑tugas atau tindakan‑tindakan yang berhasil.


Summing‑up merupakan bagian yang penting dari pendidikan kita. Melalui ini kita belajar menjadi terampil dan cakap dari pengalaman kita sendiri. Secara aktif kita manggunakan pengalaman baik atau buruk, positif atau negatif ,untuk memperkaya pengetahuan dan pemahaman kita akan tugas dan tanggung jawab kita. Dengan summing‑up kita bisa menguatkan pemahaman kita atas prinsip‑prinsip revolusi yang berasal dari pengalaman nyata.

***

CARA YANG BENAR DALAM MENGANALISA


1.  Apakah segala  sesuatu mengalami perubahan ?

Tanpa ada perkecualian segala sesuatu berubah dan akan terus berubah. Kita tidak dapat berpikir tentang sesuatu yang telah mutlak selesai dan lengkap dan tidak akan barubah lagi. Apabila memperhatikan sekeliling kita, alam dan masyarakat manusia, kita dapat menyaksikan segala sesuatu ‑­bahkan manusia ‑‑ terus berubah. Kita bisa melihat berbagai macam hal tumbuh berkembang dan berubah. Perubahan dapat tarjadi secara perlahan‑lahan atau tiba‑tiba dan mendadak. Segala sesuatu mempunyai permulaan dan akhir.

Bila segala sesuatu berubah, maka pemahaman manusia mengenai sesuatu hal dan pengetahuannya berubah dan  berkembang pula. Analisa yang akurat terhadap  sebab‑sebab dan cara‑cara bagaimana sesuatu benda dan peristiwa berubah merupakam lompatan jauh ke depan dan dapat memicu kemajuan pengetahuan manusia. Dan melalui kemajuan pengetahuan manusia sanggup secara aktif dan efektif mangubah sesuatu untuk keuntungannya sendiri. Oleh karena kita mengetahui dan menyadari segala sesuatu terus berubah, maka kita tidak akan mundur atau menyerah pada saat menghadapi setiap masalah dan situasi sulit.  Akan tetapi sabaliknya kita akan secara aktif mencoba mengatasi masalah untuk memajukan kepentingan demokrasi nasional rakyat .

2. Apakah sebab‑sebab segala sesuatu barubah ?

Sebab‑sebab terjadinya perubahan: sabab internal, sebab dari dalam. Faktar utama yang menentukan tarjadinya perubahan sesuatu hal ‑‑ benda atau paristiwa‑‑ dan gerakannya, adalah kontradiksi di dalamnya, kontradiksi adalah kasatuan dan perjuangan dari sisi-sisi atau aspek-aspek yang bertentangan  didalam satu hal.

Contoh mengapa masyarakat Indonesia berubah dan  berkembang? Apakah disebabkan oleh nasib atau kah oleh bantuan negara lain? Apa yang menyebabkan masyarakat bergerak adalah kontradiksi di dalamnya. Kontradiksi di antara kelas‑kelas yang ada. Perjuagan dan pertentangan di antara kelas‑kelas masyarakat. Di satu pihak ada‑kelas penguasa yang menindas dan menekan perkembangan tanah air negeri Indonesia. Di fihak lain, ada kelas pekerja yang diperas yang bekerja untuk pembangunan kebebasan dan demokrasi.

Kondisi eksternal, kondisi diluar dipihak lain mempengaruhi terjadinya perubahan. Tiada sesuatu yang terpisah dari lingkungannya. Dalam perkembangan dan pergerakannya, sesuatu hal beraksi bergerak dan menerima reaksi dari segala sesuatu di sekelilingnya. Ini adalah kondisi eksternal yang memparcepat atau memperlambat sebagai faktor cocok atau tidak‑cocok terjadinya perubahan suatu obyek.

Contoh, bahwa faktor yang menentukan perkembangan yang kontinyu dari kawan‑kawan dalam perjuangan adalah gagasan‑gagasan yang benar dan salah dalam pikirannya, sokongannya terhadap kepentingan demokrasi‑nasional-rakyat melawan siapa saja dan apa saja yang bertentangan dengan ini. Sekarang, semuanya tergantung pada kawan tersebut untuk memutuskan apakah ia akan terus berjuang untuk revolusi atau mundur dan menyerah. Tetapi kemudian faktor‑faktor eksternal di sekeliling dia juga memiliki pengaruh penting dalam keputusannya. Misalnya,  kolektifnya. kawan‑kawan yang menjadi “political officer" di unitnya, keluarganya, kekasihnya, massa dan orang‑orang terdekat  lain.

3. Apakah artinya membagi satu menjadi dua ?

Membagi satu menjadi dua tidak berbeda dari studi kontradiksi. Hal ini akan menjadi inti pembahasan dari usaha mempelajari ciri-ciri dan perjuangan dari hal‑hal yang saling bertentangan.

Analisa membagi satu menjadi dua adalah cara yang benar dalam menganalisa. Melalui cara ini, kita mengetahui mengapa dan bagaimana perubahan suatu obyek atau peristiwa terjadi. Kita menangkap esensi suatu obyek dan kita membenturkan pergetahuan kita dengan kondisi obyektif yang melekat pada suatu obyek.

Ketika kita mengnalisa sesuatu, kita harus selalu memusatkan diri pada mempelajari esensi, mempelajari aspek‑aspek, sisi‑sisi,  ciri‑ciri, dan kekuatan‑kekuatan yang saling bertentangan yang menggerakkan obyek tersebut. Di dalam diri seorang kawan atau di dalam suatu unit kerja misalnya,  kita menganalisa pertentangan gagagasan‑gagasan, ciri‑ciri negatif dan positif, benar atau salah, revolusioner atau tidak. Di dalam desa‑desa kita, kita menganalisa kontradiksi antara pihak revolusioner dan kontra-revolusioner antara kelas penguasa yang pemeras dan penindas di satu pihak, dengan massa yang diperintah ditindas dan diparas dipihak lain.

4. Bagaimana kita menggunakan perbandingan dan perbedaan dalam analisa kita ?                                 

Perbandingan dan perbedaan atau kontras adalah dua metode yang kita gunakan dalam menganalisa. Bila kita menganalisa kontradiksi yang membuat suatu obyek bergerak, maka kita akan dapat mengetahuinya dengan lebih baik dengan cara membandingkan dan memperbedakan, membuat kontras dengan kontradisi yang lain. Misalnya, kontradiksi di satu desa kita bandingkan dan kontraska dengan desa yang lain.

Dengan perbandingan, kita menganalisa ciri‑ciri umum yang malekat di dalam kontradiksi yang dipelajari dan kita menemukan ciri‑ciri tersebut pada kontradiksi yang lain. Perbandingan membantu kita dalam mamusatkan analisa pada esensi obyek dan mambimbing kita dalam mempelajari kontradiksi.

Contoh, bila kita manganalisa masalah seorang kawan, kita mengetahui segera bahwa sebagai seorang kawan, ia mengangkat kepentingan demokrasi‑nasional rakyat ‑‑suatu ciri umum semua kawan‑kawan. Ini membimbing kita manganalisa dan mangatasi masalahnya. Contoh lain adalah kita mengetahui bahwa kontradiksi di desa kita adalah sama dengan kontradiksi yang ada di semua desa‑desa di Indonesia. Itulah sebabnya mengapa revolusi agraria bisa diterapkan dan harus dilaksanakan di desa kita. Bahkan summing‑up terhadap pengalaman‑pengalaman protes dan pemberontakan petani baik yang telah terjadi dalam sejarah maupun selama tiga puluh tahun terakhir di bawah rejim boneka fasis Soeharto, memberikan ide pada kita mengenai bagaimana perlunya dan cara melaksanakan revolusi agraria di desa yang kita gerakkan.

Akan tetapi, pasti tidak mungkin satu kontradiksi sama secara komplit dengan kontradiksi lain. Setiap kontradiksi memiliki ciri‑ciri tertentu yang secara khusus melekat pada tiap kontradiksi, suatu ciri inheren dari suatu kontradiksi. Itulah sebabnya, tidak pada tempatnya membandingkan bulat‑bulat sama satu masalah dengan masalah yang lain, dan menjiplak jalan keluarnya.

Bersamaan dengan perbandingan, perlu juga dilakukan pembedaan atau kontras, agar mengetahui ciri‑ciri khusus, partikular, dari kontradiksi yang dipelejari. Dengan membuat kontras, kita merumuskan pemahaman kita terhadap suatu obyek. Pambedaan perlu untuk merumuskan solusi atau metode perjuangan yang tepat dan cocok.

Contoh, adalah tidak mungkin menjiplak tiap tahap yang dijalankan oleh satu desa dalam pengurangan sewa tanah. Sebab, mungkin sekali bentuk korupsi tuan tanah berbeda‑beda. Mungkin juga watak dan kekuasaan tuan tanah, mandornya, tukang‑pukulnya, BABINSA dan HANSIP di desa tersebut sedikit barbeda. Dan mungkin juga kekuatan dan kesiapan massa, organisasi massa patani di desa dan kepemimpinannya, dan seterusnya, juga berbeda. Jadi, dalam merumuskan sebuah rencana aksi pengurangan sewa tanah, perlu dipelajari situasi‑situasi dan kebutuhan‑kabutuhan,  khusus dan istimewa yang khas desa tersebut.

5. Mengapa perlu mengaitkan analisa umum dan analisa khusus ?

Setiap obyek yang kita analisa merupakan bagian dari obyek yang lebih luas dan besar. Untuk menghindari analisa sepihak atau mata kuda, kita harus memperhitungkan relasi obyek yang kita analisa dengan keseluruhan bagiannya. Kita harus mencatat bagaimana relasi tersabut mempengaruhi dan mencerminkan perkembangan dari hal yang lebih besar terhadap satu obyek. Dengan kata lain, ketika kita menganalisa suatu obyek, kita mengetahui bahwa obyek tersebut merupakan bagian khusus dari keseluruhan hal yang umum. Dengan cara seperti itu, kita akan dapat memahami sebab‑sebab dan perkembangan obyek tersebut secara lebih baik lagi.

Contoh, desa yang sedang kita organisir dan kita gerakan, merupakan bagian dari satu kecamatan, kabupaten dan propinsi. Lingkungan di kota kecamatan dan kabupaten, misalnya tardapat  baberapa kompi tentara, KODIM, KORAMIL, KAPOLRES, BABINSA, HANSIP dan seterusnya, merupakan titik berat reaksi militer, yang sudah jelas kekuatannya di desa. Musuh bisa malancarkan operasi militer secara langsung, atau sekadar mangerahkan formasi BABINSA dan HANSIP harus menjadi perhitungan kita. Dengan manghubungkan analisa di desa dan relasinya dengan lingkungan di kota, kita dapat memahami bagaimana dan mengapa reaksi militer musuh terjadi. Kita tidak boleh menganggap bahwa hal ini hanya marupakan reaksi biasa atas satu insiden yang terjadi di desa, misalnya.

Contoh lain, komite desa kita tidak bergerak terpisah dari gerakan. Sebab, rencana‑rencana kita memang tidak mamberikan tugas tersebut pada tingkat seksi dan kabupaten. Di dalam assessment, kita juga memperhatikan dampak dan pengaruh dan pedoman dari atas dan gerakan secara umum dalam skope kota atau seksi.

Analisa kita terhadap suatu obyek harus memperhatikan telah bagian‑bagian yang membentuk kebulatan suatu obyek. Dengan cara demikian pemahaman kita mengenai suatu hal akan menjadi lebih lengkap, penuh dan mendalam. Kita mengulail kesimpulan-kesimpulan akhir dan menolak kesimpulan‑kesimpulan awal.

Di dalam assesment kita, misalnya, bukanlah untuk mengatakan bahwa secara umum jalannya perjuangan adalah baik. akan tetapi kita harus mencatat perjuangan dari berbagai macam kelompok dan pelaksanaan berbagai macam tugas‑tugas, di dalam paindidikan, organizing dan pengerahan massa. Hanya dengan cara analisa inilah implementasi program dan rancana kita akan menjadi jelas, penuh dan benar.


6. Bagaimana suatu obyek berubah ?

Pada awalnya, satu aspek dari kontradiksi lebih kuat dan superior dari aspek lain yang lemah. Aspek yang dominan menentukan ciri dasar atau esensi suatu obyek. Masyarakat Indonesia, sebagai contoh, setengah‑jajahan dan setengah‑feodal karena diperintah dan didominasi oleh imperialisme Amerika, feodalisme dan kapitalisme birokrat.                                                          

Akan tetapi situasi ini tidaklah stagnan, mandeg. Perjuangan dari dua aspek tidaklah berhenti. Bantuk dan kekuatan dari masing-masing aspek terus barubah. Kita menyebut hal ini sebagai perubahan kuantitatif. Satu tingkat nampak seakan‑akan obyek tidak berubah. Apa yang dapat kita perhatikan bila terjadi perubahan hanyalah bentuk luar atau penampilan luar obyek.

Di dalam masyarakat Indonesia,  pertentangan kelas kelihatan menyolok dalam bermacam‑macam perubahan dalam bentuk seperti: meningkatnya jumlah pengangguran, protes‑protes massal petani, peemberontakan bersenjata petani, perang di pedesaan Aceh dan Timor‑timur, buruh‑buruh mogok, dan berbagai macam perjuangan massa, termasuk gerakan mahasiswa yang patriotik dan nasionalis. Akan tetapi, belum terjadi perubahan terhadap relasi mendasar kelas-kelas  di negeri ini.  Inilah  sebabnya mengapa esensi setengah‑feodal dan setengah‑jajahan masyarakat  Indoneesia  masih tetap di dalam.                                            

Dengan terus memperkuat aspek fundamental dan memperlemah aspek pokok, maka saatnya akan tiba ketika  aspek fundamental yang menjadi aspek yang memajukan, akan menjadi aspek pokok yang akan mandominasi kini. Perubahan ini kita sebut perubahan kualitatif. Perubahan posisi dominasi dari aspek‑aspek yang saling berlawanan akan disertai lompatan‑jauh ke depan yang akan merubah esensi sebuah obyek.

Perubahan kualitatif dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan datang pada saat revolusi-demokrasi nasional berhasil: Kelas penguasa yang semula menindas dan memeras, akan diperintah, dan kelas yang ditindas dan diperas akan men,jadi kelas yang memerintah. Akan terjadi perubahan esensi masyarakat Indonesia, perubahan aspek dasar kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan di negeri ini.

Adalah penting untuk membedakan analisa antara perubahan kuantitatif dan kualitatif terhadap suatu hal. Dengan cara ini, kita tidak bakal diperdayakan oleh perubahan‑perubahan atas penampilan dan esensi. Terdapat perbedaan misalnya, antara reformasi dan revolusi. Tambahan pula, cara ini memberikan kejernihan pada kita, mengenai apa kebutuhan‑kebutuhan ­dan syarat-syarat supaya perubahan signifikan atas suatu benda dan peristiwa dapat terjadi.

7. Bagaimana suatu kontradiksi bisa diatasi dan suatu obyek dapat berakhir ?

Kontradiksi berakhir pada saat persatuan dan perjuangan dari aspek‑aspek yang bertentangan lenyap, ketika dasar‑dasar salah satu aspek yang menentang telah lenyap ‑‑aspek yang sudah matang terkebelakang, runtuh, bobrok dan reaksioner. Maka, persatuan diantara aspek‑aspek yang bertentangan hancur dan kontradiksi diatasi. Dan bila ini terjadi, suatu obyek akan berakhir. Kontradiksi yang baru akan mulai dalam obyek yang baru.

Contoh, sepanjang hubungan feodal yang mendasar tetap berlangsung di pedesaan, maka dasar‑dasar bagi Imperialisme Amerika dan kapitalisme birokrat untuk menduduki kekuasaan tetap mungkin. Akan tetapi, di dalam kemenangan revolusi damokrasi nasional rakyat, perubahan posisi dari dua kubu yang saling bartentangan, dari kelas‑kelas yang bertarung di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan terjadi. Dan untuk mengatasi kontradiksi ini dan mengakhiri watak setengah‑jajahan dan setengah‑feodal masyarakat Indonesia, maka perlu dimplementasikan revolusi agraria dan secara sistematis menghancurkan sisa‑sisa aturan politik reaksioner di seluruh Pojok negeri. Hanya dengan cara demikianlah foodalisme dan kapitalisme birokrat akan lenyap. Dominasi ampuh imperialisme Amerika akan diganyang habis, dan dari puing‑paing masyarakat kuno itu, kebebasan sejati demokrasi dan Indonsia yang maju akan didirikan.

Dengan mengetahui bagaimana kontradiksi diatasi dan bagaimana sebuah obyek barakhir, kini menjadi jelas dalam analisa kita tanggungjawab‑tanggungjawab apa yang diperlukan dan dalam situasi apa kita dapat menyingkirkan dasar‑dasar dari hal‑hal yang saling berlawanan. Jelas bagi kita untuk menyempurnakan solusi masalah‑masalah yang kita hadapi dan dan hal‑hal lain yang perlu kita penuhi untuk mencapai solusi akhir.

Adalah tanggung‑jawab analisa kita untuk mengetahui tidak hanya bagaimana mangatasi kontradiksi, tetapi juga bagaimana mamenamgkan perjuangan demi kepentingan rakyat. Ada dua jenis pertarungan; pertarungan yang antagonistik, yang ditandai dangan kekerasan, dan pertarungan yang non‑antagonistik atau moderat. Pertarungan antara kelas penguasa dan kelas yang dihisap dan ditindas marupakan partarungan yang antaganistik karena kontradiksi yang terjadi tidak akan dapat diatasi tanpa metode kekerasan seperti revolusi. Sedangkan pertarungan ide‑ide yang benar dan salah di dalam tubuh gerakan merupakan perjuangan yang non‑antagonistik. Hal ini dapat diatasi melalui cara‑cara moderat seperti diskusi dan kritik yang demokratis, dan tidak dengan sikap kekerasan.

Dengan menganalisa jenis‑jenis pertarungan dari sebuah kontradiksi akan memperjelas kita mengenai metode yang perlu dalam manangani pertentangan. Penanganan dengan kekerasan terhadap kontradiksi yang non‑antagonistik akan menghancurkan tujuan dan kepentingan rakyat. Akan tetapi sebaliknya, jika kita menganggap bahwa pertarungan antara kelas penindas dan penghisap dan kelas yang dihisap dan ditindas, maka kita melorot pada reformisme, yang akan menghalangi dan merugikan gerakan kita, dan hanya menguntungkan musuh. 

MENEMPATKAN  GARIS MASSA DI ATAS YANG LAIN

Dalam berbagai pengalaman kita dengan aksi, maka pelajaran apakah yang bisa kita petik ?
Kawan‑kawan tentunya akan merasa heran dengan kemampuan kekuatan sendiri. Sikap‑sikap takut dan khawatir yang muncul pada sebelum dan ketika aksi akan dimulai, membuat was‑was dan ketidak-pastian didalam diri masing‑masing. Tapi apa yang tejadi ketika aksi itu sendiri berlangsung adalah sesuatu yang baru sama sekali, yang ternyata membuat kegeloraan jiwa dan perasaan. Rasa was‑was tapi juga disertai semangat yang meluap‑luap untuk terus menerus aksi. Kita menjadi seperti dilahirkan kembali pada ke tika itu,  dan jadi mampu melihat dunia yang baru, yang memenuhi kita akan kemajuan‑kemajuan baru.

Aksi‑aksi berlanjut karena sifatnya yang akumulatif, yang menelan sesuatu yang sudah usang dan mewujud kedalam pengalaman-pengalaman baru yang mendidik diri sendiri, tanpa disadari. Akan tetapi bila aksi‑aksi terus berlanjut tanpa sesuatu tujuan yang makin bertambah jelas, dan makin melayani pelaku‑pelakunya sendiri yaitu memenuhi hasrat‑hasrat pemberontakan dan kebebasan (anarki), maka mulailah ia kehilangan arah. Mulai hilang kekongkritan yang pernah dipunyainya, dan makin ia bersifat petualangan.

Apakah sesungguhnya dasar‑dasar dari aksi massa ? Inilah pertanyaan yang kini harus ditanyakan kembali kepada kita. Pengalaman mengorganisasi aksi massa, mengajarkan pada kita hukum berikul ini : "Bergerak dari persoalan—persoalan yang sederhana, kongkrit, jangka pendek dan personal sampai kepada persoalan‑persoalan yang lebih kompleks, abstrak, jangka panjang dan sistematik".

 Arti dari ini adalah bahwa jangan mencampur adukkan dalam satu waktu isu‑isu yang kongkrit dengan yang abstrak. Pada ketika masih dalam tahap melaksanakan aksi‑aksi yang kongkrit serta berjangka pendek, jangan mengacaukannya dengan aksi yang sudah lebih abstrak dan berjangka panjang. Mengapa harus didahulukan aksi‑aksi jangka pendek yang kongkrit ? Karena pengalaman aksi itulah yang mendidik massa. Selain itu bahwa aksi‑aksi jangka pendek berdiri diatas dasar kebenaran yang diterima baik oleh kita sendiri, maupun oleh lawan‑lawan kita. Kebenaran yang juga diterima oleh lawan seperti hukum, undang-undang, ide‑ide, pendapat umum, hak‑hak yang dijamin, dan lain sebagainya. Dengan cara inilah maka aksi massa mendapat suntikan‑suntikan pertama yang membuatnya imun dari serangan lawan. Rejim dimanapun juga, tidak bisa melanggar suatu kebenaran begitu saja; karena pelanggaran terhadap kebenaran umum akan membuatnya menjadi sorotan yang memalukan.

Aksi‑aksi awal yang dilakukan haruslah berangkat dari kebenaran yang diyakini secara umum disebagian besar khalayak.

Aksi‑aksi tersebut akan membuat sulit lawan karena berangkat dari landasan hukum dan ide-iede yang dibuatnya sendiri. Berangkat dari rasa percaya diri inilah, maka massa tidak akan terombang-ambing dalam provokasi dan fitnahan yang dilancarkan pihak lawan.  Demikian pula, maka ia akan mampu menarik sebagian lebih besar lagi rombongan yang lain untuk lkut bergabung kedalamnya.

Hal ini sudah dibuktikan sendiri oleh aks.i‑aksi sebelumnya. Dengan demikian rasa was‑was dan keraguan untuk berhasil akan bilang setelah kejadian aksi lewat. Akan tetapi gelombang aksi yang semak in lama semakin besar dan bekerja dimana‑mana akan menempatkan mahasiswa pada posisi yang cukup sulit: Haruskah ini diteruskan untuk maju terus, dan sampai kapan ?

Kenyataan yang berlangsung membuktikan dalil bahwa massa dididik oleh prakteknya sendiri. Dengan demikian selama aksi massa berdiri pada  kehendak massa yang sebenarnya, dan yang secara judur harus diakui, bukanlah bikinan beberapa orang saja,  maka tidak ada keraguan untuk melanjutkannya. Hanya saja dengan hasil pendidikannya itu sendiri, para pimpinan aksi makin percaya bahwa mereka harus lebin baik lagi dari yang sebelumnya. Artinya keadaan gerakan aksi ini harus makin jelas dalam hal isu,  posisi, arah, kepentingan, pembagian kerja, organisasi, dan sifatnya yang lebih kongrit dan tertib.

Hal lain lagi yang perlu diyakini oleh para pimpinan aksi, adalah bahwa ia menganut garis politik rakyat bertindas. Garis po1itik inilah, yang membedakan dengan tegas antara aksi massa yang dimobilisasi atas dasar kepentingan klik politik tertentu atau kepentingan kaum oportunis, dengan aksi massa yang sepenuhnya mengabdi pada rakyat tertindas.

Apakah yang membuatnya berbeda ? Para pimpinan aksi dan peserta aksi menyadari bahwa tanpa keikutsertaan rakyat dalam kegiatan‑kegiatan aksi ini, maka ia dengan mudah dapat terjebak kedalam arus permainan petualangan dan pengendalian yang licik dari kaum oportunis. Membiarkan aksi‑aksi berlanjut tanpa kendali dan pemikiran yang jelas, maka ia mudah masuk dalam petualangan mahasiswa‑mahasiswa kelas menengah yang goyah. Ia makin menjadi tidak efektif bagi perjuangan rakyat. Demikian pula tanpa garis politik yang jelas ini, maka dengan mudah ia jatuh pada klik‑klik dikalangan mahasiswa itu sendiri yang menyebabkannnya gampang dihasut atau dimakan oleh kaum oportunis diluar mereka.

Gerakan mahasiswa sudah belajar banyak mengenai ini. Kaum oportunisme telah dengan berhasil menyelewengkan aksi‑aksi mahasiswa untuk  kepentingan  mereka dan  menyuap sebagian dari pimpinan‑pimpinannya. Dalam saat‑saat seperti itulah, Oportunisme dari intel‑intel militer dan kaum PSI (Partai Sosialis Indonesia) pernah membuat aksi mahasiswa  berbelok arah dan keliru. Dan mereka masih terus melakukan politik oportunisnya itu sampai sekarang.

Sesungguhnya rakyatlah yang seharusaya berdampingan dengan mahasiswa dalam setiap kesempatan apapun dari gerakan aksi: tersebut. Bagian yang terpenting dahi aksi massa adalah ketik. rakyat ikut bergabung didalamnya sebagai pelaku‑pelaku penah. Disitulah, mahasiswa akan menjadi heran dan takjub akan organisasi dan kepemimpinan yang dilakukan oleh rakyat itu sendiri. Dalam aksi itu, mereka dengan cepat akan bisa berganti taktik dan belajar cepat. Itu karena mereka telah ditempa oleh penderitaan dan penindasan. Yang Jelas bagi rakyat: Ini adalah perjuangan hidup dan mati yang sebenarnya. Mahasiswa harus menyadari ini, sehingga ia tidak ragu‑raqu dan bisa percaya pada politik rakyat.

Saat ini rakyat sudah menaruh kepercayaan pada mahasiswa, suatu kepercayaan yang muncul karena usaha solirdaritas dari mahasiswa itu sendiri, dan juga karena keadaan rakyat tinggal menunggu matinya! untuk itu mahasiswa harus mampu mengangkat kembali harkat kemanusiaannya, memulihkan kembali api semangat penghabisan itu. Dan janganlah mahasiswa bersikap sombong dan berlagak ingin menopoli dan melakukan aksi sendirian saja, serta membiarkan rakyat menonton kehebatannya dan keberanian mereka. Kepentingan Mahasiswa kelas menengah semacam ini, harus dikikis habis.

Mahasiswa sudah semestinya dapat melakukan aksi massa yang henar, yaitu melakukan aksi bersama‑sama massa yanq terpercaya. Haruslah diadakan pembagian kerja diantara mereka, merumuskan taktik bersama dan melakukan koordinasi dibeberapa tempat secara bersama dan kompak. Dalam hal ini, haruslah dihindari lokalisai yang dikehendaki lawan. Lawan hanya merasa kuat karena ia memiliki dan menguasai situasinya. Tapi ia akan kebingungan bila aksi massa sekaligus melakukan kombinasi taktik yang berbeda yang diluar kehendak mereka.

Yang harus dimengerti oleh sebuah aksi massa adalah berfikir dan bertindak secara kreatif. Janganlah sampai terjebak oleh situasi yang dikehendaki lawan, dan jangan pula ia menuruti secara tidak sadar kemauan politik lawan. Ia harus menyadari bahwa lawan dapat dikalahkan oleh hal-hal yang tak diduganya, yang berada diluar pengalamannya.

Mewujudkan manifestasi demokrasi yang sejelas-jelasnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, asalkan terjamin oleh undang-undang dan hukam. Hal ini akan menguntungkan aksi massa tersebut. Saat ini situasinya ada dalam keadaan yang menguntungkan, karena sudah terbentuk opini umum dan internasional yang kuat. Demikian pula, aksi massa yang tertib benar dan pantang mundur akan menarik simpati khalayak umum.

Bila aksi  massa ini bisa berangkat sungguh‑sungguh dari garis massa yang benar, barulah ia bisa meningkat maju secara kualitatif !

Apakah Garis Massa itu  ?

Garis massa adalah prinsip revalusioner yang mengajar kita tegak berdiri dan percaya pada massa untuk pembebasannya. Prinsip ini didasarkan pada kenyataan baNwa massa dan hanya massa yang dapat membuat sejarah.

Hal ini sudah dibuktikan oleh sejarah dunia ratus tabun yang lampau, bahwa faktor yang menentukan dalam perubahan masyarakat tidak lain daripada massa. Adalah kekuatannya dalam produksi yang membuat masyarakat bertahan hidup. Melalui pengetahuan dan kecerdasannyalah pengetahuan dan kehidupan masyarakat berkembang. Dengan kekuatannya, setiap kekuatan yang merintangi kemajuan masyarakat dapat disingkirkan. Itulah sebabnya kita mengata­kan bahwa massa adalah pahlawan sesungguhnya. Keberhasilan setiap tujuan tergantung atas dukungan dan partisipasi massa. Maka, demi keberhasilan perubahan perlu bagi kita bersandar dan percaya kepada massa.

Keberhasilan setiap tujuan dan solusi setiap masalah tergantung pada partisipasi dan mobilisasi aktif massa. Kita harus terjun ditengah-tengah massa dan menyatu dengan mereka. Dengan sabar membangkitkan, mengorganisir, dan menggerakkan massa. Kita bisa membuat mereka membentuk dan menunjukan kekuatan mereka dalam perubahan revolusioner. Inilah satu‑satunya cara. Tidak ada cara lain untuk merebut kebebasan dan demokrasi !

Adalah tanggungjawab kita untuk mempelajari dan mempraktekan Garis Massa. Perlu bagi setiap orang‑orang revolusioner untuk mengolah diri dalam usaha menggerakan massa dengan sabar dan tekun di tengah‑tengah massa, dengan rendah hati bergaul dengan massa. Dengan cara ini, kita bisa mencegah sikap dominasi dan menghindari terpisahnya diri kita dari massa.

Apakah artinya arti massa untuk massa ?

Metode yang tepat dalam memimpin massa adalah "dari massa untuk massa". Ini berarti mengumpulkan ide yang terpencar‑pencar, merumuskannya, dan mengembalikannya kepada mereka dan menjelaskannya keseluruhan gagasan sampai mereka menerima dan menuruti ide tersebut.

Kepemimpinan "dari massa untuk massa" adalah sesuai dengan Garis Massa. Untuk memahami kondisi dan masalah‑masalah dari massa, kita harus bersandar pada pengetahuan dan kecerdasan massa dan kita yakin bahwa keputusan‑keputusan dan rencana‑rencana yang tepat dapat dibentuk hanya apabila massa berpartisipasi dan menyumbangkan pengalaman dan pengetahuan mereka. Itulah sebabnya, kita bertanggung jawab untuk bergaul dan membuat investigasi ditengah‑tengah massa, mengumpulkan gagasan‑gagasan yanq masih terpencar‑pencar dan belum sistematis. Dengan menganalisa dan memasukan gagasan‑gagasan ini,  dengan menghargai dan mempercayai massa, memungkinkan kita menyempurnakan gagasan‑gagasan yang sudah terkumpul dan sistematis, yang mencerminkan kondisi real massa, dan massa menjadi jela bagaimana persoalan‑persoalan tersebut bisa diatasi.

Untuk melaksanakan gagasan‑gagasan yang kita bentuk dan untuk mengatasi persoalan‑persoalan massa! kita bertumpu pada kemampuan cdan kokuatan massa. Sekalipun per~oalan tersebut bRea~, kita yakin, sepanjang keputusan dan persatuan massa bulat dan penah kita bisa mengatasinya. Itulah sebabnya! menjadi tanggung jawab kita untak secara sabar menjelaskan kepada massa ide‑ide yang kita susun dari mereka. Kita mengikuti ide‑ide ini ditengah-tengah massa sampai mereka memeluknya sebagai milik.i mereka senciiri dan melaksanakannya melalui, mobilisasi kolektit mereka.

Apakah artinya Mobilisasi yang didasarkan pada kepentingan dan kesiapan massa ?

Garis Massa mengajar kita bahwa kita harus mulai dan bergerak atas dasar kepentingan obyektif massa. Ini berarti bahwa kita harus bergerak atas dasar kebutuhan nyata mereka dan tidak ada yang kita pikirkan. Oleh karenanya, tidak peduli maksud kita amat baik jika kita menyimpang dari kepentingan obyektif massa, pastilah kita akan terpisah dari massa pada saat itu juga.

Akan tetapi, biasanya massa belumlah menyadari kebutuhan obyektif mereka. Mereka masih tidak dapat memahami kebutuhan untuk mengubah, dan mereka belum siap untuk perubahan. Jika kita bertahan dan ngotot dengan posisi kita, kita akan terasing dan terpisah dari massa ‑‑tidak peduli betapa benar kita. Kita harus aktif sampai mayoritas mereka mengakui ide yang kita bentuk dan sampai mereka siap dan berketetapan hati untuk melakukannya.

Bagaimana kita dapat mengerjakan ini ? Kita dapat membagi massa kedalam tiga bagian ; Mereka yang maju, mereka yang sedang-sedang dan mereka yang terbelakang. Bagian yang maju dari massa mudah  dapat memahami kebutuhan untuk perubahan dan mereka siap melakukan perubahan ini. Bagian yang terbelakang dipihak lain biasanya memiliki tanda pengaruh keterbelakangan, ragu‑ragu atau menolak. Bagian sedang-sedang  atau tengah biasanya mengerti dan memahami kebutuhan akan perubahan, tetapi bimbang dan mutlak mereka tidak siap.

Kita terutama tergantung pada bagian yang maju dari massa, bagian yang paling maju, aktif, bersemangat dan tertarik untuk mengubah. Melalui bagian yang paling maju ini, kita dapat mengerjakan bagian tengah dan berusaha memenangkan hati mereka yang terbelakang. Dengan cara ini kita secara tepat memimpin massa berdasarkan kepentingan obyektif mereka dan dengan memperhitungkan kesiapan mereka untuk melakukan perubahan.

Jika kita melakukan ini tanpa memperhitungkan kesiapan massa, kita sudah melampaui kesadaran dan kesiapan mereka satu hari. Bila itu terjadi, maka kita akan mengerakan mereka dengan mengkomando mereka dan bukan atas dasar inisiatif dari mereka memahami dan menerima maka, ini adalah komandoisme.

Jika kita memakai kepemimpinan pada kepercayaan dan mengerahkan massa besar tetapi terbelakang, kita akan menjadi ekor dari massa. Apa yang akan terjadi adalah bagian yang maju dan menengah dari massa sudah bersiap dan mengajak suatu perubahan, akan tetapi kita menjadi orang bimbang dan massa adalah orang yang akan meyakinkan kita. Maka, kita akan menjadi buntut mereka. Inilah buntutisme.

Mengapa Kita menerapkan praktek garis massa yang benar dalam revolusi Demokratik ?

Revolusi demokratik dibentuk dari studi yang seksama dan mendalam terhadap sejarah dan kondisi masyarakat Indonesia. Ia menjawab kepentingan rakyat untuk demokrasi sejati. Revolusi Demokratik berangkat dari kondisi obyektif dan kebutuhan massa, dan ia menunjukan jalan yang benar untuk perubahan revolusioner.

Itulah sebabnya, mengapa dalam menyesuaikan prinsip-prinsip revolusi demokratik, kita memastikan gerakan kita sesuai dengan kepentingan massa dan kita menunjukkan jalan yang benar dari jalan revolusi. Sepanjang kita mengikuti prinsip-prinsip yang tepat  dalam revolusi demokratik, kita memegang kunci praktek garis massa yang tepat. Adalah tanggung jawab kita sekarang untuk mempelajari kondisi-kondisi, persoalan dan kepercayaan khusus massa ditemapat mana kita sedang mengorganisir, agar secara tepat memimpin massa sehari-hari dan khas tempat tersebut.


Tidak ada komentar